33


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pengalaman lapangan (PPL) merupakan aplikasi dari keseluruhan mata kulian yang silaksanakan oleh seluruh mahasiswa jurusan tarbiyah semester VII di Sekolah Tinggi agama Islam Negeri (STAIN) Sjech M.Djamil Djmabek Bukittinggi, baik di MTs atau di MA. Program pengalaman lapangan ini memiliki bobot 4 sks yang dilaksanakan selama 3 bulan.
Kegiatan PPL ini diawali dengan obsevasi terhadap sarana dan prasarana pendidikan, administrasi maupun kegiatan intra dan eksta kurikuler yang di laksanakan di tempat PPL yang telah di tentukan. Setelah melaksanakan observasi barulah mahasiswa bisa beradaptasi, bahkan mengerjakn semua lingkup kerja yang bisa dilakukan si bawah bimbingan guru pamong dan dosen pembimbing.
Sebagai calon pendidik atau guru, mahasiswa STAIN di tuntut memiliki potensi dalam bidang pendidikan , baik dalam pengajar administrasi maupun kepribadian sebagai tenaga pengajar. Untuk meningkatkan kompetensi mengajar professional dan memiliki kualitas yang tinggi, maka seorang calon pendidik atau guru dituntut untuk dapat menggabungkan teori yang didapatkan selama mengikuti pengalaman lapangan yang wajib diikuti oleh mahasiswa sebelum menyelesaikan studi nya.
Secara operasional setiap mahasiswa PPL diwajibkan menyusun laporan akhir kegiatan PPL yang didasari pada hasil observasi selama berada di lapangan, baik kegiatan mengajar maupun non mengajar serta sosialisasi di lapangan. Dalam laporan ini akan diinformasikan kondisi lembaga tempat PPL, kegiatan PPL, kendala-kendala yang dihadapi selama PPL, setiap mahasiswa dituntut untuk membuat laporan kegiatan PPL secara pribadi.
B. Tujuan
Adapun program pengalaman lapangan (PPL) ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan praktis dan keterampilan keguruan, membentuk sikap tenaga pengajar yang professional dan berpendidikan.
Selain itu pembuatan laporan ini juga bertujuan untuk memberikan informasi tentang lembaga tempat PPL berlangsung, kegiatna yang dilakukan, kendala yang di temui, tanggapan dan situasi yang diberikan selama PPL dan sekaligus memberikan informasi tentang berhasil atau tidaknya target PPL.
C. Manfaat laporan
Adapun mangfaat laporan ini adalah:
1. Sebagai hasil dari praktek mengajar yang telah di laksanakan
2. Menerapkan ilmu pendidikan yang selama ini diperoleh selama di jenjang perkuliahan ke lingkungan nyata di lapangan (sekolah)
3. Menambah wawasan mengenai pendidikan dan keyakinan diri sebagai seorang guru professional
4. Menjalin hubungan silaturrahmi yang baik dengan seluruh pihak sekolah
5. Laporan ini bermangfaat bagi lembaga sebagai rujukan dan bahan evaluasi
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan PPL terbagi kepada dua kegiatan yaitu,
1. Kegiatan mengajar (teaching)
Yakni melakukan proses pangajaran di dalam kelas sesuai dengan bidang studi yang di berikan
2. Kegiatan non mengajar (non teaching)
Yakni kegiatan yang dilakukan mahasiswa PPL di luar proses belajar mengajar di kelas. Seperti kegiatan administrasi, OSIS, perpustakaan, kegiatan intra dan ekstra kurikuler lainnya
E. Sumber Data
Dalam pengumpulan data, penulis melakukan observasi secara langsung dan wawancara kepada kepala sekolah, guru, pegawai tata uasaha, pegawai pustaka, siswa dan segenap karyawan di lingkungan sekolah.
F. Penyajian data
Semua data yang telah terkumpul akan di olah secara sistematis sebanyak IV BAB, yang di mulai dengan pendahuluan, monografi sekolah , jenis-jenis kegiatan PPL dan di tutup dengan kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM MADRASAH
A. Sejarah Berdirinya Madrasah
“Surau” adalah istilah bagi pendidikan agama Islam yang berkembang di ranah Minangkabau. Dalam catatan sejarah yang ditulis Azra bahwa surau besar yang didirikan raja Aditiyawarman tahun 1356 di kawasan Bukit Gombak dalam pengertian yang berbeda dengan masa sesudahnya. Surau disaat itu difungsikan sebagai pusat peribadatan Hindu-Budha serta posisinya telah mendapat tempat penting dalam struktur masyarakat. Sedangkan eksistensi surau berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam fase pertama setelah perkembangan Islam di Minangkabau, yang tercatat bahwa surau sebagai lembaga pendidikan Islam dimulai oleh Syeikh Burhanuddin di Ulakan, Pariaman.
Memasuki fase selanjutnya, surau semakin berkembang termasuk surau yang didirikan oleh syeikh Sulaiman ar-Rasuli. Ini merupakan kondisi awal yang dimiliki oleh Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung, yang dimulai dengan sebuah surau yang ditempati oleh syeikh Sulaiman ar-Rasuli memberi arti penting untuk masa selanjutnya. Surau tersebut didirikan pada tahun 1907 setelah ia kembali dari Mekkah untuk menunaikan ibadah haji serta mendalami ilmu agama di sana. Kedatangannya di tempat kelahiran disambut baik oleh masyarakat, sehingga masyarakat menyediakan tempat untuk mengembangkan ilmu pengetahun yang diperoleh selama ia berada di kota suci tersebut.
Kehadiran surau merupakan suatu bentuk kebutuhan yang sangat penting bagi perkembangan masyarakat dan agama Islam di saat itu. Terlebih lagi bagi masyarakat Candung yang di awal abad ke-20 sudah tercatat beberapa surau yang sudah ditempati oleh para ulama untuk menyebarkan agama Islam dengan kurikulum pendidikan hanya mengajarkan masyarakat untuk tulis baca al-Qur’an, dan ilmu fiqh, ilmu tauhid, dan ilmu tashauf.
Surau yang didirikan untuk mengembangkan ilmunya dinamakan dengan “surau baru”. Penamaan ini diasumsikan kepada pembuatan surau tersebut, karena sebelumnya di sekitar tempat itu, telah berdiri dua buah surau yang dinamakan dengan surau tangah dan surau ateh. Masing-masing surau telah dihuni oleh bapak dan saudaranya. Lokasi surau ini berada didepan mihrab masjid Tarbiyah Islamiyah sekarang.
Kondisi masyarakat yang bisa menerima pola pendidikan yang diberikannya sesuai dengan apa yang diperoleh selama berada di Makkah menjadikan suasana kondusif dengan kondisi wilayah yang diduduki oleh pemerintahan Belanda, sehingga sistem halaqah yang dipakai waktu itu sangat layak dengan kondisi yang ada.
Pola pendidikan di atas bisa bertahan hanya sampai pada tahun 1928, karena kehadiran pemikiran pergerakan pembaruan dari “golongan muda” dianggap telah mulai menimbulkan pergeseran nilai-nilai Islam yang telah lama dipegang oleh “golongan tua” yang dianggap sudah mapan dikalangan masyarakat, sehingga mereka merasa wajib mempertahankan dan membentengi paham Ahlussunnah wal Jama’ah (mazhab aqidah) dan mazhab Syafi’i (fiqih). Ini memunculkan situasi sosial-kultural yang penuh konflik dan dinamika yang turut mempengaruhi kedudukan syeikh sebagai figur utama dalam konsepsi surau. Konflik itu baik yang terjadi antara kaum adat dengan kaum ulama maupun kaum muda dengan kaum tua.
Golongan tua mempunyai beberapa alasan penting sehingga mereka merasa berkewajiban untuk mempertahankan paham di atas, seperti yang ditulis Alaidin dalam buku Pemikiran Politik Persatuan Tarbiyah Islamiyah sebagai berikut:
1. Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam menurut mazhab Syafi’i dalam i’tikad Ahlussunnah wal Jama’ah dan telah berurat berakar di seluruh umat dan masyarakat Indonesia.
2. Mazhab Syafi’i adalah benar dan diakui kebenarannya oleh dunia Islam
3. Berpindah dari mazhab syafi’i yang telah benar kepada mazhab lain, akan mengakibatkan perpecahan dan kekacauan di tengah-tengah masyarakat, terutama pada orang awam.
4. Tetap dalam mazhab Syafi’i berarti memelihara dan mempertahankan keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan ukhwah Islamiyah.
Disamping itu, ada alasan lain yang menyebabkan kaum tua untuk mempertahankan pemikirannya, yaitu suatu upaya untuk membendung arus modernisasi yang menganjurkan umat untuk berijtihad sendiri.
Gagasan pembaruan pun muncul karena memandang bahwa ajaran-ajaran Islam yang berada sekian lama telah banyak bercampur dengan ajaran-ajaran yang bukan berasal dari Islam. Adat selalu dibesar-besarkan oleh kaumnya dan praktek ulama tradisionalis terhadap ajaran Islam tidak murni dari al-Qur’an dan Hadits, telah bercampur dengan amalan-amalan umat Islam sesudah Nabi. Ini menjadi alasan penting bagi kaum muda untuk mengikuti pemikiran Muhammad Abduh yang menyerukan agar meruju’ kembali kepada al-Qur’an dan Hadits dengan menghilangkan sikap taqlid terhadap ajaran ulama atau mazhab tertentu. Lebih lanjut Azra mencatat alasan yang lain dari gagasan pembaruan ajaran Islam di Minangkabau sebagai berikut:
1. Praktek-praktek ajaran Islam telah bercampur dengan bid’ah dan khurafat seperti tariqat yang berorientasi pada akhirat dan seakan-akan melupakan dunia.
2. Pemurnian ajaran agama dengan kembali kepada al-Qur’an dan Hadits merupakan “ruh” kejayaan Islam abad pertengahan, oleh sebab itu gerakan yang diadakan kaum muda ingin mengembalikan citra Islam abad pertengahan.
Dari pandangan pakar di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa konflik yang tak kunjung usai sampai sekarang di ranah Minangkabau walaupun konflik ini mesti disatukan bagi pemikir masa depan bahwa persoalan hukum yang telah ditetapkan dimasa lalu, harus ikuti dengan catatan apabila tidak berlawanan dengan nash, sedangkan persoalan yang kontemporer harus ditelaah sesuai dengan al-Qur’an dan Hadits. Namun, kita tidak dapat menafikan alasan kaum tua untuk mempertahankan praktek keagamaannya karena mereka khawatir apabila setiap umat berijtihad tanpa memenuhi syarat yang ditetapkan dalam Ilmu Usul fiqh akan membawa kepada kekacauan umat di masa yang akan datang.
Situasi konflik di atas mengeser konsepsi surau sebagai lembaga pendidikan Islam pertama menjadi lembaga-lembaga pendidikan madrasah yang mempunyai manajemen kependidikan dan regenerasi kepemimpinan yang relatif teratur karena diatur birokrasi dan organisasi dan dengan metode pengajarannya tidak lagi memakai sistem halaqah melainkan menggunakan sistem klasikal dengan tingkatan-tingkatan kelas.
Situasi dan kondisi seperti inilah yang membuka mata Syekh Abbas Ladang Laweh untuk mengirimkan sepucuk surat kepada Syekh Sulaiman ar-Rasuli untuk menukar sistem halaqah menjadi sistem klasikal. Usaha yang dilakukan oleh Syekh Abbas tidak langsung di-kabul-kan oleh Syekh Sulaiman dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Pendidikan klasikal akan menghalangi jam tatap muka antara santri kelas rendah dengan syekhnya. Artinya, syekh akan mengajar di kelas tertinggi sedangkan kelas rendah boleh jadi diberikan tanggung jawab kepada santri tuo.
2. Pembiayaan pendidikan merupakan suatu kemestian karena memakai sistem klasikal membutuhkan saran dan prasana yang memadai, sehingga secara berangsur-angsur akan menghilangkan keikhlasan guru untuk mengajar.
3. Sistem klasikal mengesankan bahwa pendidikan mempunyai batas tertentu (tingkat tertinggi). Sedangkan sistem halaqah selama syekh masih hidup, maka ilmu masih ada yang akan diberikannya
Kaum tua yang masih saja “berkutat” dengan kondisi yang seperti ini, yang masih saja mempertahan sistem halaqah di suraunya yang diangap tidak “relevan lagi” dengan tatanan sosial masyarakat pembaharuan. Padahal sementara itu, kaum muda semakin ekspansif dalam menerapkan gagasannya dengan mendirikan sekolah-sekolah agama yang dimodernisasi baik sistem, metode maupun kurikulumnya, akhirnya membuka mata syekh Sulaiman untuk menerima usulan dari syekh Abbas. Sehingga pada tahun 1926 Syeikh Sulaiman mengambil langkah penting untuk memperbaharui sistem pendidikan halaqah menjadi sistem pendidikan klasikal di madrasah dengan perlengkapan pendidikan seperti meja, kursi, papan tulis, dan sebagainya, serta upaya ini diiringi oleh para sahabatnya seperti Syekh A. Wahid Tabek Gadang di Payakumbuh, Syekh Jamil Jaho di Padang Panjang, dan lain-lain, sehingga Ranah Minang menjadi semarak oleh tumbuhnya berbagai madrasah.
Bertepatan tanggal 5 Mei 1928 M, Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung secara resmi menerima santri-santri baru yang akan mengikuti pendidikan. Dalam lintasan sejarah singkat di atas dapat dipahami bahwa Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung didirikan pada tanggal 5 Mei 1928 yang sampai saat sekarang masih eksis untuk menjadi lembaga pendidikan Islam yang telah berumur 79 tahun semenjak peresmiannya. Seiring dengan itu dapat dilihat bahwa kehadiran Madrasah Tarbiyah Islamiyah merupakan balance of Islamic political (penyeimbang politik Islam). Secara faktual kehadiran beberapa madrasah di saat itu menyebabkan lahirnya suatu persatuan yang akan menggelola proses pendidikan itu sendiri.
B. FASILITAS MADRASAH
Jenis
Keadaan Sekarang
Kebutuhan Unit
Kekurangan Unit
Unit / m2
Unit/m2
Unit/m2
TANAH
1. Tanah Kosong
8000
2. Tanah untuk bangunan
1
2500
3. Tanah Kebun Sekolah
1
150
4. Tanah Untuk Lap. Olah Raga
1
500
5. Lapangan (pekarangan)
1000
GEDUNG
1. Ruang Belajar
15
100
20
100
5
100m2
2. Ruang Kepala Sekolah
1
150
3. Ruang Mejelis Guru
1
150
1
4. Ruang Tata Usaha
1
150
1
5. Ruang Perpustakaan
1
150
1
6. Gedung Laboratorium Kompoter
2
500
4
20
2
7. Ruang Waka
1
50
2
1
8. Aula
1
100
1
9 .Lapangan Olah Raga
1
500
5
4
10. Mushalla
1
300
1
11. Gudang
4
30
4
12. WC
10
15
10
1
13. Ruang UKS
1
50
2
14. Ruang Koperasi
1
50
1
1
15. Ruang Kafetaria
1
50
2
16. Ruang BP
1
30
1
17. Ruang OSIS
1
100
1
18. Ruang Jaga Sekolah
1
50
1
1. Visi Sekolah :
Madrasah tarbiyah islamiyah candung sebagai lembaga pendidikan yang mewujudkan intelektual muda muslim yang tafaqquh fiddin.
2. Misi Sekolah :
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajran yang berbasis aqidah and akhlak sehingga melahirkan sumber daya manusia yang memiliki integritas kepribadian muslim.
2. Mengembangkan pendidikan yang mengaplikasiskan kajian ayat- ayat quraniyah (wahyu) dengan ayat-ayat hauniyah (alam).
3. Menerapkan pendidikan yang efektif, efisien d an konsisten mengacu pada mutu standar nasional.
4. Mengupayakan penyelenggaraan pendidikan dengan tiga bahasa: bahasa arab, bahasa inggris, bahsa indonesia dan berbasis Information Communication Technology ( ICT)
5. Meyiapkan lulusan yang memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam kajian-kajian keislaman yang merujuk pada kitap klasik (kitap kuning).
3. Tujuan sekolah
1. Terwujudnya pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi di lingkungan madrasah, keluarga, dan masyarakat.
2. Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki komitmen tinggi dan menguasai teknologi informatika
3. Terciptanya aktifitas di lingkungan madrasah yang bernilai ibadah.
4. Diterimanya lulusan pada madrasah/sekolah lanjutan yang berkualitas.
5. Terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.
PERSONIL MADRASAH
Jumlah Guru
Jumlah Guru tetap = 18 Orang termasuk kepala
Guru Tidak Tetap = 24 Orang
Jumlah Pegawai Tata Usaha
Pegawai tetap = 5 Orang
Pegawai Tidak Tetap/GTT = 0 Orang
Jumlah Siswa
Kelas Persiapan Laki-laki 67 Orang
Perempuan 53 Orang
Jumlah 120 Orang
Kelas VII Laki-laki 74 Orang
Perempuan 59 Orang
Jumlah 133 Orang
Kelas VIII Laki-laki 45 Orang
Perempuan 62 Orang
Jumlah 107 Orang
Kelas IX Laki-laki 39 Orang
Perempuan 40 Orang
Jumlah 79 Orang
Jumlah siswa seluruhnya = 439 Orang


DISIPLIN GURU DAN PEGAWAI MTI CANDUNG
A. Kehadiran
  1. Guru yang mengajar jam pertama hadir pukul 7.20 di sekolah
  2. Guru mendampingi siswa sewaktu siswa berbaris di lapangan menjelang masuk kelas
  3. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru dan siswa harus berada di dalam kelas
  4. Guru yang berhalangan hadir harus mengirim surat yang dilengkapi dengan tugas siswa dan dicatat dalam buku piket harian
  5. Guru yang terlambat 10 menit dicatat dalam buku piket harian, tindak lanjutnya dibina oleh kepala sekolah
  6. Guru yang mengajar pada hari senin harus mengikuti upacara bendera
  7. Guru mengisi daftar hadir setiap harinya
B. Disiplin Guru
  1. Guru yang mengajar jam pertama harus memimpin siswa membaca Alqur’an sebelum belajar
  2. Guru yang mengajar jam terakhir memimpin siswa membaca doa menutup jam pelajaran
  3. Selama jam pelajaran, guru bidang studi bertanggung jawab penuh terhadap permasalahan yang terjadi dalam kelas nya
  4. Setiap guru bidang studi membuat daftar hadir siswa dan buku nilai siswa dan mengisi agenda sekolah
  5. Sebelum pelajaran dimulai, guru harus membenahi dan memperbaiki K3 kelas
  6. Guru mempunyai catatan khusus tentang siswa
  7. Guru harus melakukan bimbingan terhadap siswa dalam PBM
  8. Guru bidang studi menjalin kerja sama dengan wali kelas mengenai perkembangan peserta didiknya
  9. Setiap guru harus mengadakan ulangan harian minimal 2 kali salam setiap semester dan melakukan remedial terhadap siswa yang belum tuntas setelah dianalisis
C. Disiplin Guru dalam berpakaian
  1. Memakai seragam dinas yang sudah ditentukan hari senin sampai kamis
  2. Memakai busana muslim pada hari jum’at
  3. Memakai baju dinas bebas hari sabtu
  4. Guru wanita dilarang bercelana panjang waktu PBM
  5. Guru wanita dilarang memakai celana ketat ke sekolah
  6. Guru pria dilarang memakai kaos dan sandal masuk kedalam kelas
  7. Guru bercanda dalam ruangan majelis guru harus dengan bahasa yang sopan dan menyesuaikan dengan situasi
D. Tugas dan Tanggung jawab Guru Piket
  1. Semua guru piket harus hadir 15 menit menjelang bel masuk dibunyikan
  2. Membunyikan bel tanda masuk dan pertukaran jam pelajaran
  3. Mengkoordinir piket-piket kelas sebelum bel masuk dibunyikan
  4. Mengatur siswa berbaris di lapangan, membaca do’a sebelum masuk kelas
  5. Mengkoordinir kelas gurunya yang tidak hadir dan mengkoordinir siswa yang terlambat
  6. Mencatat kejadian-kejadian yang ada selama proses belajar
  7. mencatat guru yang tidak hadir/terlambat lebih dari 10 menit kedalam buku piket
  8. Menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada siswa selama PBM hari itu juga
  9. Menerima tamu yang akan berurusan dengan guru/siswa
  10. Mengingatkan pada siswa pada jam istirahat agar menjaga K3
  11. mengontrol siswa pada jam istirahat/pada jam PBM
BAB III
KEGIATAN PPL
Dalam kegiatan PPL mahasiswa di libatkan ke dalam dua jenis kegiatan yang meliputi: kegiatan mengajar (teaching) dan kegiatan tidak mengajar (non teaching).
A. Kegiatan Mengajar (Teaching)
1. Proses persiapan mengajar
Guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun yang di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Drs. Moh Uzer Usman mengelompokkan tiga jenis tugas guru yaitu:
a. Tugas guru dalam bidang profesi
Tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan ketempilan-keterampilan pada siswa.
Bagi mahasiswa PPL dan calon guru yang telah melaksanakan praktek di MTs. TI Candung telah melaksanakan tugas guru dalam bidang profesi. Hanya saja dalam menghadapi siswa/I untuk mengembangkan nilai-nilai hidup masih kurang berdampak pada mereka, karena siswa/I itu sendiri telah memiliki sifat dan tingkah laku yang di pengaruhi oleh lingkungan masyrakat dan keluarga yang sangat kuat pengaruhnya.
Untuk itu sebaiknya seorang guru sebaiknya melakukan persiapan mengajar dan berprilaku ramah dan masyarakat. Agar penampilan sebagi seorang calon pendidik tidak mengecewakan maka perlu persiapan.
Persiapan yang dilakukan bisa berupa materi pelajaran, kesehatan fisik dan mental. Berikut adalah penguraian persiapan-persiapan mengajar yang telah penulis lakukan. Diantaranya:
    1. Persiapan dari segi materi pelajaran
Dari persiapan tersebut hal yang perlu di lengkapi untuk menunjang praktek mengajar adalah:
· Meminta materi yang akan disampaikan di kelas kepada guru mata pelajaran yang nanti akan membimbing selama proses PPL
· Meminjam buku program utnuk pembuatan rencana persiapan pembelajaran RPP kepada guru mata pelajaran
· Mencari buku-buku sumber mateeri untuk menunjang proses belajar mengajar agar efektif. Sumber buku berasal dari guru, siswa, pustaka, internet dan lain sebagainya
· Meminta saran dari dalah satu guru tentang bagaiman cara atau metode dan media penyampaian materi secara baik sehingga materi dapat di kuasai oleh anak didik dengan mudah
· Memperkirakan dan menetapkan media yang akan digunakan
· Mencari inisiatif untuk menghadapi sala kemungkinan yang akan terjadi, berupa langkah-langkah menghadapi anak dan pertanyaan anak
    1. Persiapan dari segi kesehatan
Factor kesehatan juga sangat menunjang lancer atau tidaknya proses PPL. Untuk menjaga kesehatan tersebut penulis harus menyelasaikan persiapan mengajar sebelum menjelang tampil. Sehingga penulis dapat beristirahat dengan cukup, kemudian mengkosumsi makanan dan minuman bergizi dan bervitamin.
    1. Persiapan mental
Guru akan merasa yakin jika tampil di depan kelas dengan persiapan yang matang . diantaranya dengan membuat persiapan rencana pengajaran, bahan ajar, dan semua yang brkaitan dengan PBM. Persiapan mental, guru perlu kestabilan emosional agar bisa menguasai kelas dengan baik.
b. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan diri sebagai orang ke dua bagi anak didik. Sebagai seorang calon guru harus mampu menarik simpati sehingga menjadi teladan dan panutan bagi anak didik nya. Pelajaran apapum yang di berikan hendaknya menjadi motivasi bagi anak didik dalam belajar
Selama pelakasan PPL, keberadaan guru PPL memperlakukan siswa dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Setelah berlangsung lama ada diantara siswa/I tersebut yang ingin lebih diperhatikan dan mengajukan banyak tuntutan, jika keinginan tidak terpenuhi maka mereka akan merajuk dan bersikap menantang. Maka disini diperlukan kepiawaian sebagai seorang calon guru yang akan menjadi panutan, mesti bisa mengkondisikan keadaan dan bersikap adil dan tegas, agar siswa/I tersebut tidak merasa dibeda-bedakan.
c. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang terhormat di lingkungan nya karena dari seorang guru diharapkan dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Peranan guru berarti, baik dari lingkungan dinas maupun di lingkungan masyarakat. Guru harus menjag profesinya agar tidak tercemar. Untuk itu sebaiknya guru membuat prsiapan mengajar dan berprilaku ramah-tamah dalam bermasyarakat. Agar penampilan mahasiswa PPL tidak mengecewakan hasilna, maka diperlukan persiapan yang apik.
2. Pembuatan Rencana Pengajaran
Setelah mempersiapkan proses mengajar langkah berikutnya adalah pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Menurut Robert M. Gagne (1998:114) kaidah-kaidah perencanaan yang dapat di pakai untuk merencanakan mata pelajaran dan topic yang terutama adalah kaidah pembuatan garis besar (Rules Of Out Lining), di mana bahan- bahan yang lebih luas di pecah-pecah menjadi bahan-bahan yang lebih kecil bagiannya.
Dalam pembuatan rencana pengajaran guru harus mempersiapkannya dengan baik. Unsur-unsur penting yang perlu disiapkan dalam pembuatan rencana pelaksanaan pengajaran adalah:
a. Menentukan TIU
TIU merupakan tujuan yang hendak di capai setelah selesainya satu satuan pelajaran yang bersumber pada tujuan kurikuler. TIU sudah ada ketentuannya dalam buku kurikulum.
b. Menentukan TIK
TIK merupakan tujuan yang bersidat operasional, khusus, bertitik tolak dan perubahan tingkah laku serta dapat di amati dan di ukur. Permusan TIK bersumber dari TIU.
c. Memperkirakan dampak pengiring yang akan timbul pada peserta didik
d. Pembuatan media pengajaran
Media pengajaran merupakan seperangkat alat Bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau perserta didik. Jadi dalam pembuatan media guru harus menyesuaikan antara media dengan materi yang akan disampaikan agar saling menunjang dalam PBM. Selama pelaksanaan PPL penulis pada umumnya memakai mesia yang di buat sendiri.
e. Penggunaan metode
Metode balajar mengajar merupakan cara penyampaian pelajaran melalui beberapa cara yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaika, sehingga guru mengannggap metode yang di gunakna telah cocok dengan materi.
f. Membuat lagkah-langkah kegiatan belajar mengajar
Dalam proses belajar mengajar untuk menyiapakan materi. Kegiatan PPL dilakukan dalam KBM berupa:
i. Kegiatan awal. Yakni berisi serangkaian kegiatan yang dilakukan guru dengan anak didik sebelum masuk pada penyampaian materi pelajaran. Kegiatan tersebut meliputi pembukaan, appersepsi, absensi dan penyampaian indicator.
ii. Kegiatan inti. Yakni serangkaian kegiatan yang dilakukan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, pelaksanaan kegiatan tersebut merujuk pada RPP.
iii. Kegiatan akhir. Yakni kegiatan penutup pelajaran dimana guru melakukan apapersepsi ulang dan menyimpulkan pelajaran.
g. Menyiapkan alat evaluasi
Alat evaluasi sangat penting dalam proses belajar mengajar. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu menguasai materi. Pengertian evaluasi sendiri adalah suatu proses yang berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan yang di buat dalam merancang suatu sistem pengajaran. Evaluasi secara umum yang penulis gunakan adalah evaluasi lisan, tulisan dan quis.
3. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar yang baik dapat menciptakan kondisi kelas dengan optimal. Guru sebaiknya memiliki keterampilan mengelola kelas. Yaitu berupa keterampilan untuk mneciptakan dan memelihara situasi belajar mengejar agar tetap efektif dan mampu mengembalikan nya jika terjadi gangguan dalam PBM.
Menurut Robert M. Gagne (1988) belajar mengajar adalah suatu proses yang dapat dilakukan oleh jenis-jenis makhluk hidup tertentu termasuk manusia dan binatang, tumbuhan tidak. Belajar merupakan proses yang memungkinkan makhluk hidup ini merubah prilakunya ckup cepat dalam cara yang kurang lebih sama, sehingga perubahan yang sama tidak harus terjadi lagi dalam situasi baru.
Tahap-tahap pelaksanaan PBM adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan awal
¨ Berdo’a
¨ Absensi
¨ Appersepsi
¨ Motivasi
b. Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti ini guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan materi yang telah di rancang dalam RPP. Penyampaian materi tersebut guru harus menggunakan metode tertentu agae materi disampiakan dapat diterima secara efektif oleh peserta didik. Metode yang digunakan oleh penulis dalam penyampaian materi selama PPL adalah
¨ Metode Ceramah
Metode ceramah merupakn cara penyampaian informasi secara jelas dengan jalan mengeksplanas I atau menuturkan materi secara lisan dan pada saat yang sama siterima leh sekelompok subjek.
¨ Metode Pemberian Tugas atau Resitasi
Metode ini berupa tambahan materi yag harus di penuhi oleh subjek didik . baik di dalam maupun siluar kelas.
¨ Metode Kerja Kelompok atau diskusi
Yakni cara penyampaian materi melalui sistem kerja kelompok. Anak didik mendiskusikan materi yang telah di beikan guru. Dimana guru membentuk anak didik dalam beberapa kelompok kemudian setiap kelompok membahas materi yang telah di tentukan untuk setiap kelmpok.
¨ Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampain materi melalui pengajuan pertanyaan lisan. Kemudian pertanyaan tersebut di jawab oleh anak didik.
Dalam beberapa metode yang ada. Yang sering penulis gunakan dalam PBM adalah metode ceramah, pemberian tugas atau resitasi, kerja kelompok atau diskusi dan metode taya jawab. Karena semua metode di atas penulis anggap cukup efektif untuk menyampaikan materi yang bersangkutan dengan sejarah.
c. Penutup
Pada kegiatan akhir ini, guru mengulas dan menyimpulkan matri yang telah di sampaikan. Guru mengajukan serangkaian pertanyaan kepada anak didik kemudian menjawabnya. Pemberian evaluasi di akhir pelajaran berupa evaluasi lisan, tulisan dan quis.
4. Waktu dan Tempat PPL
PPL dilaksanakan pada semester ganjil selama 3 bulan kalender mulai dari tanggal 19 Juli 2010 s/d 16 oktober 2010 yang bertempat di MTs.TI Candung.
5. Tujuan
Tujuan kegiatan PPL ini adalah untuk membentuk keterampilan mengajar yang utuh dan terintegrasi sehingga mahasiswa PPL mempunyai bekal profesionalisme sebelum menjadi guru yang sebenarnya.
6. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup kegitan PPL adalah:
a. Menghubungi guru pamong untuk memperoleh penjelasan tentang tugas dan tanggung jawab sebagai guru PL.
b. Melaksanakan kegiatan mengajar, mulai dari persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pencapaian hasil belajar siswa.
c. Mengadakan konsultasi secara teratur dengan Guru Pamong dengan Dosen Pembimbing
d. Melaksanakan tata tertib sekolah sebagaimana guru yang sebenarnya.
e. Melaksanakan observasi sekolah dan kelas
f. Menyusun alat evaluasi
7. Langkah-Langkah
Langakah-langkah mengajar meliputi:
a. Konsultasi dengan guru pamong
b. Penyusunan kegiatan mengajar
c. Mendiskusikan dengan guru pamong
d. Pelaksanaan program-program mengajar di kelas
e. Melaksanakan evaluasi terhadap program mengajar yang telah di laksanakan.
8. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan kegiatan PPL ini penulis di percayakan untuk mengajar mata pelajaran bahasa inggris kelas VII dan VIII yang terdiri dari VII1, kelas VII2, kelas VII3 dan kelas VII4. Selanjutnya kelas VIII1 hingga kelas VIII3.
Setiap minggu nya terdiri dari 1X pertemuan atau 2 jam pelajaran, satu jam terdiri dari 40 menit. Selama penulis di MTs.TI Candung penulis mengajar dalam satu minggu dengan jumlah jam mengajar 16 jam mengajar atau 16X40 menit.
B. Kegitan Tidak Mengajar (Non Teaching)
  1. Pengertian
Kegiatan non mengajar adalah kegiatan yang di lakukan di luar mengajar yang di lakukan untuk mendukung kegiatan mengajar secara umum di sekolah.
  1. Tujuan
Tujuan keiatan non mengajar ini adalah untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa berkenaan dengan hal yang mendukung kegiatan di luar mengajar secara umum yang menunjang keberhasilan program pengajaran.
  1. Ruang lingkup
Ruang lingkup kegiatan PPL non mengajar ini adalah sebagai berikut:
a. Piket kantor
Piket kantor merupakan kegiatan yang di lakukan untuk menegakkan disiplin di lingkungan sekolah yang berlaku untuk semua personil sekolah. Piket di lakukan 2 sampai 3 kali dalam seminggu yang mana jadwalnya telah disepakati anatara sesama guru PL.
Penulis mendapatkan jadwal piket hari selasa dan kamis yang di mulai dari pukul 07.20-14.20 WIB.
Adapun kegiatan yang di lakukan dalam hal ini adalah:
    1. Mengecek nama-nama guru yang tidak hadir dan menggantikan tugasnya
    2. Mencatat nama siswa yang terlambat datang dan memberikan sanksi yang bersifat mendidik selam 1 jam pelajaran.
b. Piket pustaka
Penulis mendapatkan jadwal piket di pustaka adalah hari selasa dan jumat. Adapun tugas yang dilaksanakn dalam hal ini adalah:
1. Merapikan buku-buku paket siswa
2. Membantu tugas pustaka dalam melayani siswa
c. Piket UKS
Adapun piket di UKS adalah:
1. Menjaga kenyamanan dan kebersihan UKS
2. Membantu petugas UKS melayani siswa yang sakit dan membutuhkan pelayanan
d. Piket TU
Adapun piket di TU yang dilaksanakan adalah Membantu pekerjaan petugas TU menyelasaikan tugasnya.
  1. Tahap akhir
Pada tahap ini kegiatan PPL di lakukan dengan beberapa kegiatan yang meliputi:
a. Evaluasi sistem pengajaran dan penilain dari guru pamong
b. Penyerahan nilai oleh guru pamong kepada dosen pembimbing
c. Penyerahan laporan PPL oleh mahasiswa kepada pengelola PPL
d. Pemeriksaan laporan
e. Menyusun laporan PPL oleh pengelola
f. Rapat evaluasi pelaksanaan PPL
  1. Kendala
a. Motivasi
Belajar akan lebih efektif bila siswa memiliki motivasi yang besar dalam dirinya sendiri. Sebagian siswa disini kurang memiliki motivasi untuk belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Hal ini terbukti dengan masih adanya siswa yang enggan melengkapi catatan dan mengerjakn latihan yang diberikan oleh guru.
b. Kedisiplinan
Siswa mencari kesempatan untuk keluar kelas pada pergantian jam pelajaran.mereka keluar pergi ke kantin sekolah dan jajan sebelum guru bidang studi berikutnya memasuki kelas. Sebagian siswa yang tidak sempat sarapan pagi juga membawa jajanannya ke dalam kelas, sehingga kelas terlihat kurang bersih pada jam-jam terakhir pembelajaran.
c. Metode pembelajaran
Belajar variatif akan menstimulasi siswa yang mengalami kejenuhan setelah belajar selama beberapa jam pelajaran. Siswa terbiasa belajar dengan mendengarkan penjelasan guru dengan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga sulit untuk menerapkan metode yang lain seperti metode diskusi dan eksperimen.
  1. Solusi
solusi yang penulis ambil adalah dengan memberikan pengertian kepada siswa bahwa belajar bukan hanya untuk ujian, tetapi sebagai bekal setelah dewasa. Penulis juga menyarankan kepada siswa untuk rajin sarapan sebelum pergi kesekolah agar tidak keluar mencari makanan pada pergantian jam pelajaran.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
PPL adalah suatu bentuk kerjasama MTs.TI Candung dengan STAIN Bukittinggi dalam menciptakan calon-calon guru profesional sesuai dengan tuntutan pendidikan.
Berdasarkan kenyataan di lapangan yang penulis hadapi selama PPL mulai dari 19 Juli 2010 s/d 16 Oktober 2010, penulis menyimpulkan bahwa MTs.TI Candung adalah satu madrasah yang memiliki potensi berprestasi yang membanggakan madrasah ini.
B. Saran-saran
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti PPL di MTs.TI Candung, penulis melihat ada hal-hal yang harus diperbaiki demi kelancaran proses belajar mengajar dan peningkatan kualitas pendidikan yaitu kurangnya motivasi sebagian siswa dalam belajar sehingga PBM yang di laksanakan kurang sesuai dengan yang di harapkan, kemudian kurangnya teraplikasian ketertiban terhadap peserta didik sehingga masih banyak diantara peserta didik yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah..
Mudah-mudahan niat baik penulis ini dapat di kabulkan, amin.. akhirnya penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada keluarga besar MTs.TI Candung yang telah berkenan menerima penulis sebagai guru PPL di sekolah ini. Terimakasih juga atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan PPL ini dengan baik.
C. Lampiran
1. Kegitan harian
2. Dan lain-lain
JUSTIC

Situs ini adalah ruang publikasi berita dan informasi dan karya seni santri-santri Pondok Pesantren MTI Canduang, Agam, Sumatera Barat, Indonesia yang dikelola oleh Jurnalis Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang sejak Selasa 07 Agustus 2007

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama