12 November 2014 M - 17 Muharram 1436 H
Reporter : HADIATUL HUSNA
MTI Canduang - JUSTIC
Rasuna Said
Hajjah Rangkayo Rasuna Said (lahir di Maninjau, Agam, Sumatera Barat, 14 September 1910 – meninggal di Jakarta, 2 November 1965 pada umur 55 tahun) adalah salah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga merupakan pahlawan nasional Indonesia. Seperti Kartini, ia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara pria dan wanita. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Kehidupan awal
H.R. Rasuna Said dilahirkan pada 15 September 1910, di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ia merupakan keturunan bangsawan Minang. Ayahnya bernama Muhamad Said, seorang saudagar Minangkabau dan bekas aktivis pergerakan.
Setelah menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Rasuna Said
remaja dikirimkan sang ayah untuk melanjutkan pendidikan di pesantren
Ar-Rasyidiyah. Saat itu, ia merupakan satu-satunya santri perempuan. Ia
dikenal sebagai sosok yang pandai, cerdas, dan pemberani. Rasuna Said
kemudian melanjutkan pendidikan di Diniyah Putri Padang Panjang, dan bertemu dengan Rahmah El Yunusiyyah, seorang tokoh gerakan Thawalib.
Gerakan Thawalib adalah gerakan yang dibangun kaum reformis islam di
Sumatera Barat. Banyak pemimpin gerakan ini dipengaruhi oleh pemikiran
nasionalis-Islam Turki, Mustafa Kemal Atatürk.
Rasuna Said sangatlah memperhatikan kemajuan dan pendidikan kaum wanita, ia sempat mengajar di Diniyah Putri
sebagai guru. Namun pada tahun 1930, Rasuna Said berhenti mengajar
karena memiliki pandangan bahwa kemajuan kaum wanita tidak hanya bisa
didapat dengan mendirikan sekolah, tapi harus disertai perjuangan politik.
Rasuna Said ingin memasukkan pendidikan politik dalam kurikulum sekolah
Diniyah School Putri, tapi ditolak. Rasuna Said kemudian mendalami
agama pada Haji Rasul atau Dr H Abdul Karim Amrullah yang mengajarkan
pentingnya pembaharuan pemikiran Islam dan kebebasan berfikir yang
nantinya banyak mempengaruhi pandangan Rasuna Said.
Kontroversi poligami
pernah ramai dan menjadi polemik di ranah Minang tahun 1930-an. Ini
berakibat pada meningkatnya angka kawin cerai. Rasuna Said menganggap,
kelakuan ini bagian dari pelecehan terhadap kaum wanita.
Perjuangan politik
Awal perjuangan politik Rasuna Said dimulai dengan beraktifitas di
Sarekat Rakyat (SR) sebagai Sekretaris cabang. Rasuna Said kemudian juga
bergabung dengan Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin
Indonesia (PERMI) di Bukittinggi
pada tahun 1930. Rasuna Said juga ikut mengajar di sekolah-sekolah yang
didirikan PERMI dan kemudian mendirikan Sekolah Thawalib di Padang,
dan memimpin Kursus Putri dan Normal Kursus di Bukittinggi.
Rasuna Said
sangat mahir dalam berpidato mengecam pemerintahan Belanda. Rasuna Said
juga tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict, yaitu hukum kolonial Belanda yang menyatakan bahwa siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda.
Rasuna Said sempat di tangkap bersama teman seperjuangannya Rasimah Ismail, dan dipenjara pada tahun 1932 di Semarang.
Setelah keluar dari penjara, Rasuna Said meneruskan pendidikannya di
Islamic College pimpinan KH Mochtar Jahja dan Dr Kusuma Atmaja.
Jurnalis
Rasuna Said dikenal dengan tulisan-tulisannya yang tajam. Pada tahun 1935 Rasuna menjadi pemimpin redaksi di sebuah majalah, Raya.
Majalah ini dikenal radikal, bahkan tercatat menjadi tonggak perlawanan
di Sumatera Barat. Namun polisi rahasia Belanda (PID) mempersempit
ruang gerak Rasuna dan kawan-kawan. Sedangkan tokoh-tokoh PERMI yang
diharapkan berdiri melawan tindakan kolonial ini, justru tidak bisa
berbuat apapun. Rasuna sangat kecewa. Ia pun memilih pindah ke Medan, Sumatera Utara.
Pada tahun 1937, di Medan, Rasuna mendirikan perguruan putri. Untuk
menyebar-luaskan gagasan-gagasannya, ia membuat majalah mingguan bernama
Menara Poeteri. Slogan koran ini mirip dengan slogan Bung Karno,
"Ini dadaku, mana dadamu". Koran ini banyak berbicara soal perempuan.
Meski begitu, sasaran pokoknya adalah memasukkan kesadaran pergerakan,
yaitu antikolonialisme, di tengah-tengah kaum perempuan. Rasuna Said
mengasuh rubrik "Pojok". Ia sering menggunakan nama samaran: Seliguri,
yang konon kabarnya merupakan nama sebuah bunga. Tulisan-tulisan Rasuna
dikenal tajam, kupasannya mengena sasaran, dan selalu mengambil sikap
lantang antikolonial.
Sebuah koran di Surabaya, Penyebar Semangat, pernah menulis perihal Menara Poetri ini, "Di Medan ada sebuah surat kabar bernama Menara Poetri;
isinya dimaksudkan untuk jagad keputrian. Bahasanya bagus, dipimpin
oleh Rangkayo Rasuna Said, seorang putri yang pernah masuk penjara
karena berkorban untuk pergerakan nasional." Akan tetapi, koran Menara Poetri
tidak berumur panjang. Persoalannya, sebagian besar pelanggannya tidak
membayar tagihan korannya. Konon, hanya 10 persen pembaca Menara Poetri yang membayar tagihan. Karena itu, Menara Poetri
pun ditutup. Pada saat itu, memang banyak majalah atau koran yang tutup
karena persoalan pendanaan. Rasuna memilih pulang ke kampung halaman,
Sumatera Barat.
Pada masa pendudukan Jepang, Rasuna Said ikut serta sebagai pendiri organisasi pemuda Nippon Raya di Padang yang kemudian dibubarkan oleh Pemerintah Jepang.
Setelah kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia,
Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite
Nasional Indonesia. Rasuna Said duduk dalam Dewan Perwakilan Sumatera
mewakili daerah Sumatera Barat setelah Proklamasi Kemerdekaan. Ia
diangkat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Serikat (DPR RIS), kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung
setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
sampai akhir hayatnya, 2 November 1965 di Jakarta. H.R. Rasuna Said
meninggalkan seorang putri (Auda Zaschkya Duski) dan 6 cucu (Kurnia
Tiara Agusta, Anugerah Mutia Rusda, Moh. Ibrahim, Moh. Yusuf, Rommel
Abdillah dan Natasha Quratul'Ain).
Rasuna Said diangkat sebagai salah satu Pahlawan Nasional berdasarkan
Surat Keputusan Presiden RI No. 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13 Desember
1974.
Namanya sekarang diabadikan sebagai salah satu nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.I JUSTIC
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Rasuna_Said