PENCURI MISTERIUS MENGHILANG DIRUMPUN BAMBU

PENCURI MISTERIUS MENGHILANG DIRUMPUN BAMBU

Baso, Rabu, 23 Januari 2008

Pencuri berdiam dan menghilang di rumpun bambu. Tidak terlihat dengan mata telanjang, hanya dukun, mata bayi dan Kamera digital beresolusi 3 Mega Pixel lebih saja yang dapat menangkapnya. Ratusan pemilik HP dan kamera digital dari berbagai daerah berduyun-duyun datang menatap rumpun bambu di jalan raya Bukittinggi-Payakumbuh, jorong Koto Malintang Baso itu sekedar melihat wujud misterius yang berdiam di balik ilusi hayal. Sembilan ban bekas habis dibakar tetapi bambu tidak kunjung hangus. Setiap sore jalanan macet hampir 2 Km, polisi kesal dan menyuruh menebang bambu itu. Beberapa orang berusaha menerabas, tetapi lading terpelanting dan tangannya terkilir. Bagaimana kajadian sesungguhnya?
-----------------------------------------------------------------------------------------------

Bermula dari Ipul (25 th) mendapati sisa nasi yang baru ia makan hilang raib setelah beberapa menit ia tinggalkan di meja makan malam petang selasa pada pukul 02.00 dini hari (parak siang) 23 Januari 2008 di bengkel sepeda motornya yang terletak di Jorong Koto Malintang, kenagarian Tabek Panjang, Kecamatan Baso, Bukittinggi. Lebih kurang 1 Km setelah pasar Baso arah Payakumbuh. Ipul memeriksa sekitarnya, namun tidak didapati seekor kucingpun disana. Selintas ia menangkap suara kaki seseorang di belakang bengkel sepeda motor miliknya itu. Ia segera keluar memastikannya. Ternyata di bawah rumpun mambu dibelakang bengkel itu didapatinya sosok seorang yang sedang merokok dalam kegelapan. Spontan Ipul mengira orang itulah yang telah masuk dan mengambil sesuatu di bengkelnya. Walaupun hanya nasi sisa, Ipul kurang senang, betapa lancangnya dia masuk dan keluar begitu saja, itu kan maling namanya. Atau mungkinkah orang itu maling yang telah mencuri di rumah-rumah penduduk beberapa hari lalu? Atau mungkin saja orang itu kurang waras yang sering makan nasi sisa. Atau…. Macam-macam pikiran melintas dikepalanya.

Paginya Ipul mendapati lagi 2 orang asing berpakain hitam memangku sepucuk senapan duduk-duduk dibawah rumpun bambu. Ipul takut menghampiri mereka, ia segera berlari memberitahukan kepada yang lain. Beberapa saat kemudian ratusan orang telah berkumpul mengepung parak Betung itu, sabit, parang, dan tongkat telah siap ditangan mereka. Tetapi yang diburu terlalu cepat menghilang lenyap tidak berbekas. Orang-orang agak kecewa, dan nampak kurang mempercayai Ipul, karena memang ia bukanlah seorang yang”adalah (terpercaya) ghalibnya.

Entah benar entah hanya sekedar membuat sensasi untuk memuaskan orang-orang, Ipul mengaku melihat orang yang dicari tadi memanjat memagut pohon bambu. Terus-terusan ia menunjuk ke arah pucuk Betung, sedangkan orang lain tidak melihatnya sama sekali. Pengakuan Ipul itu dikuatkan pula oleh rekaman kamera HP salah seorang yang kebetulan merekam mengabadikan kerumunan itu. Kemudian gambar itu di pindahkan via Bluetooth ke HP yang lain. Sehingga semakin kuatlah persangkaan orang. Lucunya setiap orang yang memiliki gambar itu mengaku bahwa gambar itu didapat dari HP nya sendiri. Selain itu seorang balita menangis histeris memagut orang tuanya setelah melihat ke arah bambu. Sehingga orang percaya bahwa pencuri itu berilmu hitam dan hanya dapat dilihat oleh balita dan dengan kamera yang beresolusi 3 Mega Pixel lebih arti kata kamera murahan tidak maen jang…. Agak rada minder juga orang yang punya HP murahan. Sepertinya akan ada tanding HP bagus nih…

Orang-orang semakin ramai, berbagai kendaraan parkir di tepi jalan. Bus-bus antar kota dan provinsi susah lewat, para supir sengaja melambatkan mobilnya di lokasi itu memastikan kejadian apa yang sedang terjadi. Entah ilham entah angin apa yang telah menyebarkan kabar, orang-orang dari Payakumbuh dan Bukittingi pun berdatangan mematut pangkal betung itu.

Ipul menjadi sasaran pertanyaan pengunjung, ia Nampak bosan dan capek. Sekarang ia mengaku tidak melihat sosok itu lagi entah berusaha mengindarkan diri dari desakan orang-orang atau dia memang benar-benar tidak melihatnya. Kemudian dia di suruh pulang dan beristirahat oleh kakaknya.

Dengan memegang sabit Bachtiar St. Pamenan kembali ke parak rumput menyelesaikan bengkalaian yang ia tinggalkan tadi seraya berkata “kalau begini lapor saja sama polisi” serunya kepada yang lain. Beberapa menit kemudian Polisi datang menyeruak masuk ke kerumunan masa dan menyuruh mereka membubarkan diri. Sambil bergurau masuk lapau salah seorang polisi berkata “kalau memang ada, tangkaplah orang itu dan bawa ke saya biar saya masukkan ke kandang situmbin” celotehnya tidak mempercayai.

Tanpa sengaja seseorang mendengar obrolan polisi di lapau yang kurang begitu jelas karena dia berada di luar ditepi jalan. Dari obrolan itu ia menarik kesimpulan dan memberitahukan kepada yang lain bahwa sebenarnya pencuri ini yang hilang itu adalah 3 orang Narapidana yang kabur dari LP Biaro mereka berilmu hitam bisa menghilang dan suka sembunyi di pangkal betung. Kabar tidak benar ini menyebar ke pengunjung yang lain tanpa diketahui sang polisi.

Dari sisi lain masyarakat menghubung-hubungkan kejadianitu dengan kasus pencurian di beberapa tempat. Seperti di Panampuang dan Lundang dimana pencurinya tidak tertangkap dan kebetulan sekali pada hari itu Koran Singgalang Rabu, 23 Januari 2008 memberitakannya. Si pembeca artikel menggaris bawahi kata-kata “pencuri itu menghilang” di halaman tersebut. Entah mengapa kata-kata itu begitu menarik perhatian mereka.

Menurut pengakuan masyarakat Koto Malintang, petang Sinayan 21 Januari 2008 lalu, si Os yang rumahnya tidak beberapa jauh dari lokasi juga kecurian HP dua set, pencurinya belum tahu sampai sekarang, (berarti aman dong sipencuri, sebab kambing hitamnya sudah ketemu yaitu orang hilang di rumpun betung ha.. ha…)

Yang paling meyakinkan lagi adalah pencurian di rumah Hj. Julisah 150 m dari lokasi Betung tadi. Peristiwa itu terjadi pada petang kamis, 17 Januari 2008. Dimana 5 Rupiah Emas, 20 Emas kalung tambah cincin raib di bawa kucing belang tanpa meninggalkan bekas congkelan dan pengrusakan pada pintu, jendela dan sebagainya, (keluarga dekat kali ya…)

Orang tua-tua mengisahkan bahwa lokasi betung itu adalah tempat mengeksekusi orang kita oleh Belanda, banyak orang-orang yang masih bernyawa dikubur disana. Mungkin arwah mereka itu yang gentayangan sehingga tempat itu angker, dan sering pula orang keteguran disana. (Demikian mereka mengisahkan seperti sebagai saksi mata saja).

Satu cerita dihubung-hubungkan dengan yang lain, maka terbentuklah sebuah opini dan banyak lagi tambahan-tambahan cerita yang dihubung-hubungkan dengan yang lain seperti ditemukannya puro tempat emas Hj. Julisah yang hilang dicuri kemaren di pangkal betung. Ada lagi orang yang stress sekembali dari sekitar betung itu.

Sampai tengah malam orang-orang masih berkerumun disana entah apa yang mereka harapkan, tetapi yang jelas hanyalah sekedar nangkring melihat orang melongo ngejungkarak HP mengadap ke rumpun Betung. Sampai-sampai polisi membubarkan mereka berteriak menyuruh pulang “dari pada sarudara-saudara disini…… lebih baik pulang, nanti malah rumah kita yang dicuri karena ditinggal kosong” bentak polisi itu.

Hampir 20 hari Koto Malintang ramai, jalanan macet, parak betung itu sudah bersih tanpa disiangi. Ladang Ilalang lagi berduri di sekitarnya sekarang sudah bersih sendirinya tanpa perlu sipemiliknya mengeluarkan upah untuk menebas. Tetapi sayangnya parak Ubi Jalar di sekitar itu juga hancur di pijaki kaki para pengunjung.

Kalau ramai begini, enaknya kita jualan goreng pisang, tahu atau minuman botol aja Pendi…… celoteh saya memanasi seorang teman yang bertempat tinggal di sekitar lokasi. Walau si Pendi kurang merasa srekh tapi ia mengaku menikmati suasana, karena setiap hari orang ramai dikampungnya, omset penjualan kedai-kedai meningkat. Apalagi kejadian ini banyak dimanfaatkan oleh para remaja untuk raun sanjo menggandeng pacar, enaknya jualan tisu atau jagung bakar pikir kami sambil tertawa terbahak-bahak.

Belakangan opini berobah bahwa yang dipohon bambu itu bukan pencuri, mana tahan dia berhari-hari memagut betung. Kalaulah itu memang betul pencuri, kan dia tidak kelihatan tentu sudah kabur. Itu mungkin setan atau orang bunian si penunggu betung atau penunggu pohon Kapuk Koto Tinggi pindah kesitu. Kapuk itu sudah diterabas Sinso kehabisan kayu di hutan karena Undang-undang Ilegaloging. Sekurang-kurangnya ada 2 orang dukun dari Pasaman dan Lasi yang memeriksa lokasi itu. Hal itu dikuatkan oleh rekaman foto kamera HP seorang pengunjung dan kemudian disebarkan ke Hp yang lain. Mereka mengakui kamera mereka menangkap gambar hantu yang mirip gadis India.

Walau betung itu sudah ditebang oleh pemiliknya, tetapi pengunjung masih berdatangan dan beralih melirik rumpunan betung di sebelahnya. Diantara mereka adalah orang-orang jauh seperti Pesisir Selatan, Bengkulu, Jambi, Pekan Baru dan Medan yang dibuktikan oleh nomor polisi kendaraan mereka. (Fitrayadi)

--------------------------------------------------------------------------------------------
Kalau jeli memperhatikan dua gambar hantu utama tadi, yaitu gambar pencuri memagut betung dan gambar hantu India, maka kita akan malu mengakuinya sebab gambar pertama itu nyatalah bayangan daun bambu dibawah sinar matahari pagi yang gelap bila di foto dengan kamera. Kalau gambar hantu India itu lihatlah di kanan bawah ada penanggalan kamera, disana tertanggal 22 Januari 2008, sedangkan kejadiannya adalah pada tangal 23 Januari 2008. Pastilah gambar itu di bawa seseorang kesana dan di akui sebagai gambar setan yang dia lihat. Demikian semoga kita tidak terlalu mudah termakan isu. (Fitrayadi).

JUSTIC

Situs ini adalah ruang publikasi berita dan informasi dan karya seni santri-santri Pondok Pesantren MTI Canduang, Agam, Sumatera Barat, Indonesia yang dikelola oleh Jurnalis Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang sejak Selasa 07 Agustus 2007

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama