DENGARKAN AKU, WAHAI GELAP


Padamu ku katakan naungan jiwa malam ini
Ku bisikkan lirih cerita ketika hati bercucuran air mata
Aku bukanlah manusia baja tanpa rasa
Bukan malaikat suci tanpa dosa
Dan juga bukanlah robot ciptaan tanpa air mata
Namun aku hanyalah biasa… yang dapat terluka teraniaya dan terpuruk di sisi-sisi kepiluan
Padamu gelap.. ku tumpahkan segala rasa yang membelenggu jiwa
Aku bercengkrama lewat hati tanpa suara dan mulai terbisu disaat penat menjemput durja
Sudahkah engkau dengar ? isak sengau jeritan hati yang berlayar di lautan air mata
Melawan amarah ku coba berbesar jiwa meski kadang mereka tak akan pernah mengerti dalam celotehan yang tak pernah terpilarkan.
Dan mereka tak akan tau mengapa setiap malam ku selalu menjumpaimu bersama air mata wahai gelap.
Padamu ku tuturkan alur cerita kehidupan.. meski hidup bagaikan jurang ditepian surga
Coba tengok aku malam selanjutnya dan tanyakan bagaimana keadaan ku di kala itu
Jika ku jawab masih dengan air mata maka teruslah buat aku kuat seperti kau yang berbalut dingin dalam kesunyian
Atau jika ku tersenyum sapalah dengan bangga
Karna darimu aku belajar menerima derita dan darimu juga aku tau ada terang setelah gulita
Padamu gelap ku titipkan catatan malam ini sebagai cerita tidurku
Biarkan aku bersandar terlelapakan di sepinya malammu
Dan bangunkan aku ketika esok mentari menyambutku berseri
JUSTIC

Situs ini adalah ruang publikasi berita dan informasi dan karya seni santri-santri Pondok Pesantren MTI Canduang, Agam, Sumatera Barat, Indonesia yang dikelola oleh Jurnalis Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang sejak Selasa 07 Agustus 2007

1 Komentar

  1. Boleh tidak puisi ini kk salin di blog kk..? tapi tetap kk buat jg sumber dan penciptanya yang asli..? maklum, kk masih newbie.. hehe

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama