CERPEN - AKU MENCINTAINYA KARENA ALLAH

Selasa, 14 Oktober 2014 M - 19 Dzulhijjah 1435 H
Oleh : WIZA NOVIA RAHMI

Ndak batamu, rindu mananti. Ka batamu, malu badan diri. Kalau lah batamu, sasaklah jantuang-hati. Jikok dakek taraso malu. Bilo bajawuahan taraso rindu. Sansai badan kasudahannyo.

Itulah gambaran hati seorang gadis remaja yang sedang dilamun RINDU...

Adalah Melati _salah seorang siswi di sekolah ternama_ menggunakan waktu istirahatnya degan membaca buku di kelasnya. Mungkin, semua teman-teman berfikir bahwa ia sangat pandai memanfaatkan waktu. Ah.. Itu cuma perkiraan mereka saja. Nyatanya..?? Melati bukan lagi baca buku, matanya saja yang menatap buku, tetapi hatinya... Entahlah, mungkin sedang berkeliling dunia, mendaki bukit, menuruni lurah, dan berjalan di lereng dengan hati-hati. Takut terpeleset.

"Beginilah orang yang pintar, waktu istirahat pun tetap digunakan untuk belajar", sanjung Mawar, sahabatnya sembari duduk di samping Melati.
Tak ada jawaban, Melati diam. Tetap fokus menatap bukunya.

"Melatiiii, lagi baca buku atau ngelamun sih.?? Ditanya kok diam aja", sorak Mawar  membuat lamunan indah Melati buyar seketika. Teman-temanpun juga melirik ke arah mereka.

"ah...eh...anu...mm.. Melati gelagapan mendengar sorak Mawar yang begitu tega memecah lamunan indahnya. Tapi, ia berusaha tenang dan berkata "Mawar, diam itu kan jawaban terbaik bagi mulut yang kotor. (senyum)
"cemberut"
"Mawaaar,, jangan cemberut gitu dong. Kalo kamu cemberut, aku juga ikutan cemberut lho! Cemberut dikali cemberut kan cemberut kuadrat. Gak enak keliatannya"
"Ga enak ya ga usah di liat", ketus Mawar.
"Yaah, kok jadi ketus gitu sih, maafin aku Mawar, just kidding..."
"iya iya.. (sedikit senyum)

"Melati, sebenarnya kamu lagi ngelamunin apa sih?"
"ah, ga ada apa-apa kok Mawar"

"Melati, kita sudah bersahabat sejak lama, jadi jangan ada yang kamu tutupi dari aku..."
"Mawar, sungguh! Aku RINDU dia..." aku Melati.

"Melati, sudah berulangkali akku katakan padamu, jangan rindukan dia lagi. Apa pantas orang yang kamu rindukan, orang yang kamu sayangi tidak menghargai kamu seujung kuku pun? Ingat Melati, kumbang tidak seekor, bunga tidak setangkai"
(diam)
"Melati, aku sayang kamu, kamu sahabat aku, aku tidak mau kamu larut dalam perasaan ini. Biarkan saja dia"
"tapi Mawar, setitik RINDU ku tak dapat ditebus dengan air di lautan"
"Segitu pentingkah dia untukmu?" Apa mungkin dia juga merasakan hal yang sama?"
(diam lagi)
"Simbiosis Parasitisme"
"maksudmu..??"
"Yaa, aku rasa dia yang kamu rindukan itu beruntung sekali, tapi kamu yang dirugikan dalam hal ini, kamu sudah mengorbankan waktumu dengan percuma."
"Jadi, aku harus bagaimana..?"
"Untuk sementara, biarkan saja dia. Kumpulkan saja rindu  itu dalam hatimu, ntar kalo sudah tiba waktunya, rindu itu bisa kau buang dan kau bakar, atau bisa juga rindu itu kau tuang dalam secarik kertas, mudah bukan..??"
"ah Mawar, kau tidak merasakannya..."
"bukan begitu Melati, tapi..."

Teeet...... Istirahat telah usai...

"ya sudah, nanti kita lanjutkan lagi, aku akan mencoba untuk fokus dalam belajar", potong Mawar sembari menutupi percakapan.

Belajar agama, bu guru membacakan sebuah hadits

 ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ ......................

Artinya: Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yg mana Allah & Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yg ia tak mencintainya kecuali karena Allah....


"Bagaimana anak-anak, paham semuanya..?
"Buk (sambil angkat tangan)"
"Ya, ada yang mau ditanyakan Melati..?"
"saya kurang mengerti tentang golongan yang ke dua, mencintai manusia karena Allah, saya minta penjelasannya buk."
"begini Melati, jika kamu mencintai manusia, bisa jadi orangtua, kakak, adik, guru, teman, bahkan pasangan sekalipun, kamu harus mencintai mereka karena Allah"
"Kenapa buk?", tanya Melati.
"Agar kamu bisa merasakan manisnya iman."
"Memangnya jika mencintai pasangan karena Allah kita bisa merasakan manisnya iman, buk"", Mawar pun juga ikut bertanya.
"Tentu bisa nak.. Jika kamu mencintai mereka karena Allah, insya Allah, jika kamu kehilangan mereka, kamu akan bisa sabar, dan berfikir bahwa semuanya telah digariskan Allah. Dan kamu bisa merasakan manisnya iman itu. Mengerti anak-anak...???"
"mengerti buuk"

Istirahat ke dua, dua orang siswi menuju mushalla sambil bercakap-cakap
Mawar: Melati, aku rasa kamu paham dengan hadits tadi.
Melati: Maksudmu?
Mawar: Yaa.. Kamu harus bisa mengamalkan hadits tadi.
Melati: Mencintai dia karena Allah?
Mawar: Iya..
Melati: Aku paham dan aku akan mencobanya.

Selesai shalat, menuju kelas
Mawar: Melati, dia yang kamu rindukan sekarang tepat berada di belakangmu
Melati: (ngeliat ke belakang) ayo Mawar, ambil langkah seribu........
Mawar: kenapa harus cepat-cepat?
Melati: aku ga sanggup bertemu..
Mawar: katanya kau rindu....
Melati: aku memang rindu, tapi aku malu.
Mawar: kau pecundang Melati.
Melati: terserah apa kata mu, ayo cepat...
Mawar: #?>>>!????

Di rumah, setelah selesai belajar malam, ada bunyi sms dari hp Melati. Hati Melati bertanya-tanya "dari siapa? "dia" kah?
Setelah dibuka, ternyata dari sahabatnya...
Mawar: Melati, sudah selesai belajar? aman?
Melati: sudah, yaa baik..
Mawar: bagaimana dengan rindu mu?
Melati: aku bingung, beri aku saran!"
Mawar: tuangkan rindu mu dalam secarik kertas, tulis apa yang kamu fikirkan"
Melati: ya, aku akan coba. Terimakasih saranmu.
Mawar: ya..

Melatipun mencoba melakukan apa yang disarankan Mawar, ia mencoba merangkai huruf menjadi kata, dan akhirnya membentuk sebuah paragraf. Isinya begini:

Dia begitu merindukan sosok BINTANG yang dulu pernah hadir dalam kehidupannya. Dan bintang terlalu sibuk mengurusinya karena bintang sudah teramat sibuk mengurusi para pujangga di malam hari. Bintang tidak pernah lelah menerangi mereka, sementara dia?  Dia hanya mendapatkan secercah cahaya dari bintang, itu pun SISA dari para pujangga. Namun itu tidak membuatnya kecewa, karena dia tahu mereka sangat membutuhkan bintang. Dia hanya bisa berdoa, agar suatu hari nanti bintang akan menerangi "dirinya sendiri" dengan cahaya kasih sayang.

Selesai menulis, Melati merasakan ketenangan. Ia berdoa dan berharap malam ini tidak ada "dia" lagi dalam mimpinya. Melati terlalu lelah.

Keesokan paginya, di sekolah...
Mawar: hmm,,, Melati, happy amat,
Melati: dia dan rindu sudah ku tuang dalam secarik kertas. Ku harap, mereka akan datang tepat pada waktunya.
Mawar: waah, berarti kamu sudah mengamalkan hadits kemarin.
Melati: ya, berkat saran darimu. Aku mencintainya karena Allah, aku ga takut kehilangannya, RINDU ku? ku serahkan semuanya pada Allah.
Mawar: aku bahagia sekali memiliki sahabat seperti mu.
Melati: yaa, aku juga bahagia sekali.
Mawar: Sekarang tidak ada lagi pihak ketiga dalam hubungan persahabatan kita.. haha
Melati: haha,, yaa kamu betulll...

Akhirnya, Melati berhasil menyimpan dia dan rindu, berkat sahabatnya si Mawar. Bukan! Melati bukan lagi seorang pecundang, dia adalah seorang anak manusia yang telah berhasil memenangkan peperangan dengan si RINDU.. Yaa.. Melati telah berhasil.... | JUSTIC
JUSTIC

Situs ini adalah ruang publikasi berita dan informasi dan karya seni santri-santri Pondok Pesantren MTI Canduang, Agam, Sumatera Barat, Indonesia yang dikelola oleh Jurnalis Santri Tarbiyah Islamiyah Canduang sejak Selasa 07 Agustus 2007

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama